Intelijen Dan Facebook

Posted: Januari 6, 2011 in artikel

Mengutip Indonesie Magazine yang berbasis di Perancis, intelijen Israel fokus pada pengguna facebook, terutama kepada pengguna arab dan muslim. Israel menggunakan informasi yang diperoleh melalui halaman facebook mereka untuk menganalisis aktivitas mereka dan memahami bagaimana mereka berpikir. Kedubes Israel di Paris menuduh majalah ini dengan “mengungkapkan rahasia bagi musuh” (eramuslim.com 10/11/09).

Kutipan berita tersebut merupakan sinyalemen yang sangat kuat bahwa kita sebetulnya “telanjang di mata mereka”. Mungkin saja di dunia ini kita secara pribadi mempunyai semacam satelit pribadi untuk memata-matai tindak-tanduk dari kita masing-masing. Karena memang di Israel sendiri sudah dibentuk tim khusus yang menangani permasalahan yang beredar di dunia maya. Tim tersebut terdiri dari 8-10 orang anak muda yang paham dan mahir betul dalam dunia per-internet-an (haaretz.com).

Informasi di dunia per-intelijen-an sangatlah penting dan mutlak untuk diperlukan. Karena kegiatan mata-mata tersebut berbasiskan pada data dan informasi yang ada. Salah seorang panglima besar Cina (entah saya lupa namanya) pernah mengatakan bahwa mengetahui musuhmu, itu berarti sudah memenangkan setengah pertempuran. Itu lah kenapa CIA (BIN-nya AS) dalam misinya yang pertama berbunyi mengumpulkan informasi terkait tindakan musuh.

Intelijen dengan berbekal informasi yang baik dan akurat akan mampu menjalankan operasi-operasi yang telah direncanakannya. Tanpa intelijen yang baik Israel tidak akan mungkin dapat memenangkan peperangan 6 hari (harbul yauma as sittah) pada tahun 1967 dan tanpa intelijen yang baik pula tentu Israel sampai sekarang tidak akan mungkin dapat berdiri hingga kini. Karena negara tersebut “dikepung” oleh negara-negara arab dan muslim, yang tentunya jika ada kemauan maka negara Israel tersebut dengan sangat mudah dapat ditaklukkan.

Tidak hanya sampai disitu, beberapa “prestasi” berhasil dicetak oleh intelijen Israel, diantaranya pembunuhan beberapa tokoh HAMAS yang diyakini merupakan proyek-proyek intelijen Israel. Syaikh Ahmad Yassin yang merupakan pemimpin spiritual HAMAS dibunuh ketika selesai sholat shubuh berjama’ah di masjid dengan menggunakan rudal dari helikopter Appache. Sama seperti pendahulunya Abdul Aziz Ar Rantisi yang juga pimpinan HAMAS juga mengalami hal yang serupa. Yahya Ayyash salah seorang komandan brigade Izzuddin Al Qossam juga “berhasil” dibunuh dengan cara-cara intelijen yakni dengan menanamkan bom yang sangat kecil di telepon selular yang dipakainya di kala itu.

Bahkan Kholid Misy’al pernah hampir dibunuh oleh seorang agen intelijen Israel di tempat pengasingannya di wilayah Suriah namun berhasil dipatahkan oleh para penjaganya, padahal Kholid Misyal -ketua biro politik HAMAS- mendapatkan perlindungan yang berlapis dan khusus oleh para asykar-asykar yang memang dilatih khusus dan mempunyai akhlak yang sangat bagus dari kesatuan AL Qossam. Itu-lah mengapa hingga kini HAMAS menyembunyikan siapa pemimpin dari kelompok mereka tersebut.
Mossad yang dengan mottonya “dengan tipu daya kita berperang” hingga kini diyakini sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap terbunuh atau menghilangnya beberapa tokoh ilmuwan yang mati secara misterius (terutama yang berkaitan dengan eksistensi Israel) seperti yang terkini Prof Massoud Ali Mohammadi ahli nuklir Iran dan bahkan David Nusa Wijaya seorang mahasiswa Indonesia cerdas dan pintar yang tewas secara misterius di Singapura ditenggarai ada ulah Mossad di balik itu semua.

Paparan diatas merupakan sekelumit rumit dan kecanggihan dunia intelijen. Dunia tersebut sangatlah abu-abu tidak ada hitam ataupun putih, semua serba konspirasi. Berbicara konspirasi memang sangatlah menarik untuk diperbincangkan bahwa betapa banyaknya peristiwa yang terlalu banyak kebetulan dan keterkaitannya antara satu dan lainnya. Ini adalah kejernihan berpikir walaupun ada sebagian orang diantaranya kelompok JIL yang mengatakan bahwa teori konspirasi adalah kerangka berpikir orang-orang yang malas dan putus asa.

Menjadi Ironis ketika pada zaman peperangan ini, entah dengan perang pemikiran ataupun persenjataan. Kita umat muslim -khususnya jama’ah tarekat al Fisbukiyyah- (facebookers) dengan begitu mudahnya memberikan informasi mengenai keadaan dan bagaimana kita berpikir melalui dunia maya (facebook selalu menanyakan “what’s on your mind, kan?). Padahal informasi adalah sebuah hal yang sangat mahal, CIA tercatat lembaga intelijen yang paling banyak menganggarkan dana sekitar 32,46 – 40 trilyun per tahunnya, dan lembaga intelijen dunia lainnya yang menganggarkan 1 trilyun lebih per tahunnya. Terus terang kebanyakan teman yang muslim bahkan mereka yang terkenal akan cap “ke-ak-ti-vis-an-nya” banyak yang memberikan informasi kepada pihak mereka dengan cuma-cuma (bahkan membayar, karena meng-update status dikenakan tarif browser).

Mungkin intel Israel (atau negara lain) tergelitik mendengar dan melihat perilaku para facebookers yang berbuat demikian. Mungkin mereka tertawa dengan senangnya di depan sebuah monitor besarnya melihat para pengguna muslim mengupdate status semacam “Lagi OL nih, makan bakmie, capek kerja, saatnya berenang, alhamdulillah agenda dakwah selesai, mau nonton film ini, laper nih, mau nangis, hujan dingin, bentar lagi UAS, lembur, tugas banyak, tugas hilang, printer ngadat, pusing, pilek, kanker, jantungan, lagi sakaratul maut” (dan yang lainnya yang sebenarnya banyak yang sayang tak dapat dimuat di media yang terbatas ini). Atau juga upload foto dengan pose eksentrik dan menarik baik secara personal maupun komunal. Semua hal-hal yang kita pikirkan dan lakukan kita “curah”kan di facebook entah dengan berbagai macam fasilitasnya (jujur saya pun melakukan hal yang sama ketika awal-awal pada saat mempunyai akun facebook).

Beberapa teman pun berkilah bahwa mereka mengupdate status semacam hal itu, dikarenakan itu sebagai “status palsu” (atau mungkin status hipokrit) sebuah istilah yang terinspirasi dari sebuah lagu yang dipopulerkan oleh penyanyi Vidi Aldiano. Saya pun menjadi berpikir bahwa bukankah hal itu termasuk hal yang bersifat tabdzir, dalam artian buat apa mereka membuat akun facebook?. Padahal dalam Al Qur’an surat Al Isroo dikatakan bahwa mubadzir adalah Ikhwan-nya setan. Dan terlihat miris seakan-akan kita menjadikan semacam kewajiban/syariat baru dalam agama sebuah amal yang bernama mengupdate status min sekali dalam sehari misalnya, atau pun 7 kali dalam sehari (kalah sholat 5 waktu). Seakan rasanya menjadi hambar hidup ini ketika kita tidak melakukan dzikir dan wirid-an tersebut (baca : update status).

Persempitlah akses informasi kita kepada “mereka”, karena ada sebuah teori yang mengatakan bahwa abad ini adalah era informasi, barang siapa yang menguasai informasi maka ia akan menguasai dunia. Walaupun memang sudah terlalu banyaknya sarana dan prasarana yang sudah memata-matai kita. Dan konon kabarnya sekitar 30 persen alat dan sarana komunikasi di Indonesia dibuat dan dikuasai oleh Israel.

Semoga Allah melindungi diri kita dari ancaman musuh-musuh yang nyata ataupun tidak nyata.

Komentar
  1. rudisony berkata:

    setuju bro,siapa yang menguasai informasi.. pasti lebih mudah menundukkan musuh2 nya.

Tinggalkan komentar